by
Linda Laighton
Streamwood High School
Streamwood, Illinois
1. Introduction
1. Grade Level and Target Group
High-school deaf students who moved to the U.S. in the past couple of years and have a primary reading level.
2. Subject
This is for a world geography and cultures class.
3. Topic
Learning the location of Southeast Asia and the geography of each country.
4. Objectives
1. To be familiar with the general location of Southeast Asia; and,
2. To be familiar with the specific geographic location of the countries that make up Southeast Asia.
3.
1. Rationale
This lesson is intended to be used as an introduction to an entire unit covering Southeast Asia. The map will be used as new information is gathered. As stated in the closure part of the lesson plan, additional geographic and demographic features will be drawn on the map as well as information pertaining to each country.
Examples include population, climate, religions, food, ethnic groups, and culture. This map can be used in a variety of ways and different information can be covered according to what different teachers are presenting in their classes.
1. Procedures
1. Introduction
The teacher will explain to the students that they will be studying the geography and cultures of Southeast Asia over the next few weeks. To begin the unit, the teacher will create a map of the area on the sheet to hang in the classroom.
2. Strategies
The teacher will have marked lines of longitude and latitude on the sheet prior to the lesson. The students will draw the outlines of the Southeast Asian countries on the sheet by looking at a map and copying what they see into the correct grids on the sheet.
They will then sew a felt pocket per country onto the sheet that will later hold 3" x 5" cards with specific information regarding each country.
3. Practice
After the map outline is complete, the students will be asked to identify and label each country that is on the map.
4. Closure
The teacher will review the fact that Southeast Asia is comprised of ten countries and discuss where they are located in relation to the rest of the world. Emphasis will be on where they are located according to latitude and longitude. This will set the stage for later discussion about climate and how that affects culture. The teacher will also point out how the countries are located in relation to each other – whether or not they border each other or how they are separated.
The teacher will explain that the class will be adding to the map as the class progresses through the unit by drawing in specific locations, such as bodies of water, cities, and mountains. The class will also be researching information about the countries that the students will summarize on 3" x 5" cards to be placed in the pockets on the map.
5. Evaluation
Teacher observation will be used to indicate where students are placing the countries on the map and if the students can match country name to the finished outline.
Students will receive a maximum of 30 points for the day (10 points for working cooperatively with other students in drawing the map; 10 points for map accuracy; and 10 points for being able to match country names with their location on the finished outline).
References:
Online Map of Southeast Asia available at http://www.reliefweb. int/mapc/asi_se/reg/seasia.html
CIA Home Page at http://www.odci.gov/.
Topical Overview of Southeast Asian geography: http://www.seasite.niu.edu/crossroads/russell/seageog.html.
21 Februari 2008
GEOGRAPHY OF SOUTHEAST ASIA, contoh RPP Amerika
Oleh Mustar pada 14.13.00 0 komentar
20 Februari 2008
GURU DIAJAR BIKIN BLOG
Kali ini kehadiransaya di Poltekpos Bandung adalah yang kedua kalinya. Tahun lalu saya diutus oleh sekolah tempat saya "nyawah" untuk mengikuti pelatihan pembelajaran melalui internet. Kedatangan saya kali ini adalah masih diutus oleh sekolah tempat saya "nyawah" (red: ngajar), untuk mengikuti pelatihan pembuatan web blog.
Poltekpos memang intens pada pengembangan kemampuan guru dalam dunia IT, oleh karena itu saya tertarik untuk mengikutinya, sekalipun saya pernah belajar buat blog secara autodidak.
Terima kasih Poltekpos, mudah-mudahan kerjasama kita terus ditingkatkan.
Oleh Mustar pada 11.39.00 0 komentar
12 Februari 2008
Tipe Guru
Kalau dulu santer melekat julukan bagi guru, digugu dan ditiru, Umar Bakri, dll. Kini julukan tersebut sepertinya semakin luntur seiring kemajuan di masyarakat dan prilaku guru itu sendiri.
Sekalipun begitu, dengan sebutan sebagai guru, saat ini masih banyak guru yang merasa senantiasa terkontrol prilakunya. Hal ini semata-mata untuk menjaga image dan menjaga kemuliaan profesi pendidik. Tetapi sayangnya, di samping itu semua, guru juga manusia. Tidak mungkin kesempurnaan dan keidealan selalu melekat pada guru. Buktinya, jika dulu deskripsi tentang guru adalah seseorang yang rendah, miskin dan tidak mapan, tetapi sekarang, lihatlah di sekolah-sekolah negeri maupun swasta di Bandung, atau kota-kota lainnya, halaman parkir sekolah dipadati oleh kendaraan roda empat miliki guru, begitu juga kendaraan roda dua keluaran mutakhir. Sangat jarang guru sekarang berjalan kaki atau naik angkot, mungkin hanya beberapa orang yang kebetulan tidak bisa mengendaraai kendaraan atau alasan lain.
Seiring dengan kemapanan yang distimulasi oleh peningkatan ekonomi masyarakat, tidak bisa dipungkiri bahwa para guru pun sudah menyelami alam kompetisi. Kompetisi yang terjadi terlepas dari kemampuannya mengajar, dapat sehat dan bahkan tidak sehat. Bahkan ironisnya lagi, banyak pula guru yang mencoba menjadi "penjilat" atasan, baik kepada Kepala Sekolah, maupun kepada pejabat-pejabat. Dan ironisnya pula, banyak kepala sekolah dan pejabat yang menikmati "jilatan" tersebut. Hal ini tentu saja menimbulkan potensi yang buruk bagi perkembangan dunia pendidikan, tetapi who care ?
Oleh karena itu saya mencoba membuat kategori guru di negeri ini sebagai berikut :
1. Guru Normatif, guru seperti ini tidak peduli dengan urusan yang lain kecuali mengajar di kelas. Keluar kelas terus keluar sekolah pulang dan istirahat. Biasanya guru seperti ini cenderung "nrimo".
2. Guru Spekulatif, gurun seperti ini masih melihat ada peluang ekonomi selain mengajar. Oleh karena itu selalu melihat sekolah sebagai "pangsa pasar". Guru seperti inilah yang jago negosiasi dengan penerbit buku dan LKS.
3. Guru Guru Progresif, guru seperti ini biasanya tidak hanya memiliki semacam keahlian, tetapi lebih dari sekedar mengajar. Bahkan berbagai pekerjaan administrasi Tata Usaha dikuasainya. Untuk saat ini biasanya guru seperti ini familiar dengan komputer/IT. Nah guru yang go blog (maksudnya mau dan mampu membuat blog) masuk dalam kategori ini.
4. Guru Sensitif, guru dalam kategori inilah yang gawat. Biasanya sudah lama menjadi guru, tidak memiliki kelebihan apa-apa selain mengajar, cenderung konservatif. nah golongan guru penjilat biasanya masuk dalam kategori ini. Selalu berusaha untuk melihat orang lain lebih rendah dari dirinya. Selalu membuat pengaduan dan mengeluh kepada atasan. Dan biasanya Kepala Sekolah pun tidak berkutik dengan guru seperti ini. Selalu menganggap dirinya lebih senior. Dan jika guru seperti ini memiliki kekuasaan dalam manajemen dapat dipastikan akan menggunakan "manajemen hitung kacang", yaitu manajemen yang mendahulukan senioritas daripada kompetensi.
5. Guru Kuratif, guru seperti ini biasanya banyak melakukan koreksi, saran dan pembinaan kepada orang lain. Biasanya memang sok tahu dan cenderung merasa benar sendiri. Kadangkala ada hikmah positif yang dapat diperoleh dari guru seperti ini.
Di setiap sekolah biasanya lima kategori tersebut selalu ada dengan jumlah bervariasi. Sayangnya hal ini tidak selalu dipahami oleh pejabat dan pembuat kebijakan. Sebetulnya untuk membuat dunia pendidikan menjadi smart, selayaknya pembuat kebijakan mengetahui dan memehami hal ini.
Oleh Mustar pada 19.48.00 2 komentar
11 Februari 2008
Penyampaian Pelajaran PKn Belum Optimal
Galamedia 11/02/2008
SEKELIMUS, (GM).-
Penyampaian pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SD, SMP, dan SMA belum optimal. Kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan, sebagian guru PKn belum bisa menerapkan metode pelajaran secara baik.
"Saat ini, masih ada guru PKn yang bukan berlatar belakang pendidikan jurusan PKn. Padahal, penunjang utama berhasilnya penyampaian pelajaran kepada siswa yaitu latar belakang pendidikan dari guru. Jika pelajaran disampaikan oleh guru yang memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai, harapan agar kegiatan belajar mengajar bisa berjalan baik, dapat diwujudkan," kata pengamat pendidikan, Cecep Darmawan saat dihubungi "GM", Minggu (10/2).
Menurut dosen Jurusan PKn, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) itu, saat ini, ada dua metode pelajaran yang biasa digunakan oleh guru PKn. Pertama, guru kerap menggunakan metode inquiry. Pada metode itu siswa diarahkan untuk mempelajari berbagai kasus yang berhubungan dengan pelajaran PKn di lapangan.
Disebutkannya, untuk metode kedua, guru biasanya menggunakan metode portofolio. Pada metode itu, katanya, siswa memberi laporan secara tertulis kepada guru tentang sikap yang dilakukan oleh siswa selama satu semester. Berdasarkan laporan itu, guru bisa menilai bagaimana sikap yang telah ditunjukkan oleh siswa selama ini.
"Melalui metode inquiry dan portofolio, penyampaian pelajaran kepada siswa tidak hanya didominasi oleh pelajaran kognitif (pengetahuan). Pelajaran juga diarahkan untuk mengembangkan sisi afektif (sikap) siswa," katanya.
Selanjutnya Cecep menuturkan, aspek yang juga harus diperhatikan dalam menyampaikan pelajaran, yaitu kondisi siswa. Untuk menyampaikan suatu topik pelajaran, kataya, guru harus memerhatikan kondisi siswa secara cermat.
Salah satu kondisi yang harus diperhatikan guru, ungkap Cecep, yaitu usia siswa. Bisa jadi, untuk topik tertentu sesuai dengan perkembangan pemahaman siswa. Namun, untuk topik lainnya tidak sesuai.
"Pada kondisi itulah keprofesionalan guru bisa terlihat. Guru yang menguasai materi dan metode pelajaran akan melangsungkan KBM secara baik. Bagi guru profesional, apa pun metode pelajaran yang digunakan tidak akan menjadi persoalan," ujarnya.
Berbeda
Menyinggung perbedaaan penyampaian pelajaran PKn pada masa Orde Baru dengan saat ini, Cecep mengatakan, perbedaannya sangat kentara. Pada masa lalu, katanya, pelajaran yang saat itu dikenal dengan nama Pendidikan Moral Pancasila (PMP) terlihat sangat doktriner.
"Kondisi itu membuat siswa tidak melek politik. Materi pelajaran yang diperoleh siswa hanya pelajaran teoretis," katanya.
Cecep menuturkan, untuk saat ini, penyampaian pelajaran PKn sudah berkembang ke arah yang lebih baik.
Diungkapkannya, pelajaran PKn dikembalikan kepada pelajaran PKn sebagai disiplin ilmu. Pada posisi itu, katanya, pelajaran PKn menjadi wahana untuk memberikan wawasan ilmu politik siswa. Siswa bisa mendalami konsep-konsep demokratisasi.
"Melalui cara seperti itu, siswa bisa mengetahui hak dan tanggung jawab sebagai warga negara," ujar Cecep. (B.80)**
Oleh Mustar pada 18.48.00 0 komentar
06 Februari 2008
PENGGUNAAN METODE LEARNING START WITH QUESTIONS DALAM PEMBELAJARAN MATERI REGIONAL JEPANG PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI KELAS XII IPS4 SMA NEGERI 25
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah mendistribusikan siswa ke dalam kelompok-kelompok. Sesuai dengan rencana, kelas XII IPS4 akan dibagi menjadi enam kelompok, guru meminta siswa yang duduk pada bangku pertama untuk menyebutkan nama artis Mulan Jameela, diteruskan oleh siswa pada bangku kedua dan seterusnya menyebutkan nama lain yaitu Pingkan Mambo, Maia Estianti, Ahmad Dani, Once dan akhirnya pada bangku ke enam menyebutkan nama Ariel Peterpan. Dengan demikian sudah diperoleh enam nama kelompok. Selanjutnya diteruskan oleh siswa lain menyebutkan secara berurutan hal yang sama dengan enam siswa sebelumnya. Akhirnya semua siswa sudah kebagian kelompok, setelah mereka bergabung dengan teman-temannya yang menyebutkan nama artis yang sama. Dengan demikian tersusunlah kelompok-kelompok dengan nama sebagai berikut, kelompok Mulan Jameela, Pingkan Mambo, Maia Estianty, Ahmad Dani, Once dan Ariel Peterpan.
Di awal pembelajaran guru melakukan apersepsi dan remainding tentang konsep regiona, kemudian membagikan potongan kertas sebanyak empat potong per kelompok. Guru memberikan instruksi supaya semuanya membaca literatur materi Jepang dari buku sumber yang telah mereka miliki. Setelah membaca selesai maka guru memberikan instruksi supaya setiap kelompok membuat pertanyaan yang ditulis pada salah satu potongan kertas yang telah disediakan.
Ketika semua kelompok selesai menuliskan pertanyaan, guru mengumpulkannya sehingga diperoleh enam pertanyaan sebanyak jumlah kelompok. Guru menuliskan di papan tulis urutan kelompok yang menyelesaikan penulisan pertanyaan. Proses selanjutnya adalah guru melakukan rotasi soal-soal tadi sambil menginstruksikan agar mereka menjawab soal tersebut, kemudian langsung membuat pertanyaan kedua pada potongan kertas kedua. Demikian pula seterusnya hingga semua (empat) potongan kertas digunakan. Setiap pertanyaan yang sudah dijawab dikumpulkan oleh kelompok masing-masing, hingga akhirnya dikumpulkan oleh guru dan dilakukan klarifikasi baik kepada kelompok pembuat soal maupun kepada kelompok-kelompok lain.
Pada saat klarifikasi jawaban yang salah akan dilipat dan jawaban yang benar akan disimpan. Dalam proses ini terjadi dialog dan diskusi yang hebat karena kelompok penjawab soal tidak serta merta menerima ketika jawaban mereka di anggap salah. Kemudian tugas guru dalam proses ini adalah melakukan pelurusan, penguatan dan evaluasi terhadap jawaban dan pertanyaan yang dibuat oleh siswa.
Sepuluh menit terakhir guru melakukan evaluasi dengan dengan cara melemparkan pertanyaan kepada mininmal tiga siswa secara acak. Siswa yang terpilih adalah siswa yang biasanya lambat memahami penjelasan. Ternyata hasilnya memberikan sungguh luar biasa, ternyata ketiga siswa tersebut mamapu menjawab dengan lugas dan berani. Akhirnya saya sebagai guru keluar kelas dengan penuh percaya diri, dan bertekat untuk membuat inovasi lain pada pertemuan berikutnya.
Sesuatu yang paling berharga bagi guru (saya) adalah respon siswa yang mengungkapkan betapa bergairahnya mereka belajar geografi.
Oleh Mustar pada 18.23.00 1 komentar
22 Januari 2008
Tunjangan Fungsional Guru NAIK
Berdasarkan Perpres 108/2007 tunjangan fungsional guru menjadi sbb :
golongan II Rp286.000 per bulan
golongan III Rp327.000 per bulan
golongan IV Rp389.000 per bulan
Perpres ini berlaku sejak 1 Januari 2007, bagi Pegawai Negeri Sipil yang telah menerima tunjangan tenaga kependidikan berdasarkan Perpres No 58/2006 tentang Tunjangan Tenaga Kependidikan akan diberikan selisih kekurangan besarnya tunjangan tenaga pendidikan berdasarkan Perpres No 108/2007.
Oleh Mustar pada 20.19.00 1 komentar
14 Januari 2008
Situs Bang Yusril
Di TRIBUN JABAR edisi Minggu, 13 Januari 2007, pada salah satu berita mencantumkan situs Prof. Yusril. Saya coba buka menggunakan HP Nokia 6080, dan kemudian membuat saya "anteung", betah membaca berbagai tulisan beliau di blog tersebut. Luar biasa, beliau menuturkan pengalaman masa kecil di kampung halamannya secara detil.
Saya salut dan terharu, ternyata Bang Yusril bukan hanya cerdas berpolitik tetapi juga cerdas memperdulikan "tanah air". Saya tidak banyak mengenal bang Yusril, tetapi saya adalah teman sekelas dari Dr. Yustiman Ihza (adik bungsunya) di SMA Negeri Manggar, ketika sekolah tersebut dipimpin oleh Bapak Mochtar Aziz, BA.
Penuturan beliau tentang pengalaman masa kecil mampu membawa saya pada kenangan kampung halaman tempat saya dibesarkan. Saya masih tetap menunggu penuturan bang Yusril melalui blog beliau, termasuk kemungkinan beliau ikut pertarungan RI-1 di tahun 2009.
Oleh Mustar pada 14.11.00 0 komentar